teks berjalan

" TERIMAKASIH ANDA SUDAH BERKUNJUNG DI BLOG SAYA "

Kamis, 23 Desember 2010

Afwan Jiddan

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَرْصُوصٌ

Bangunan yang kokoh. Itulah ciri orang-orang yang dicintai dalam berjuang di jalan Allah. Dalam ayat ini, Allah menekankan pentingnya kerja sama, bukan sama-sama kerja. Di awal kepengurusan ini, ada taushiyah yang berbunyi “Kapankah akan sempurna sebuah bangunan jika engkau membangunnya dan orang lain menghancurkannya atau malah engkau menghancurkannya ketika orang lain membangunnya. Seribu orang yang membangun cukuplah dihancurkan oleh seorang penghancur. Bagaimana halnya jika ada satu orang yang membangun dengan dibelakangnya terdapat seribu orang penghancur”

Saya pernah berbicara dengan seorang al akh mengenai kontribusi seluruh ADK dalam seluruh kegiatan PMB di ITB baik itu PMB-G, PMB LDD, maupun OSKM. Kata ketua OSKMnya sendiri jumlah ADK yang terlibat dalam OSKM itu berkisar 100 orang (kalo gak salah). Lalu saya menanya kepada al akh tersebut,”Gimana sama ADK yang lain? Apakah mereka juga turut berkontribusi ataukah mereka hanya santai di suatu tempat sedangkan agenda dakwah menumpuk?” Beliau menjawab,”Wah saya juga kurang tahu tuh.” Dengan nada kecewa saya membalas,”Kok kita parah banget, kita gak rapi gini.” Berulang-ulang kalimat terakhir itu saya ucapkan sebagai bentuk kekecewaan.

Tapi pendapat saya itu ditanggapi beliau dengan berkata,” Bukan kita yang gak rapi, mungkin saya yang gak rapi.” Awalnya saya tidak mengerti apa yang beliau ucapkan tadi. Dalam hati saya mengulang-ulang perkataan beliau terakhir,”Bukan kita yang gak rapi, mungkin saya yang gak rapi.” Saya tidak pernah berpikir kalau kesalahan jamaah itu bisa jadi awalnya dari saya sendiri. Saya berpikir sampai pada poin itu saja.

Pembicaraan itu pun sempat berlalu begitu saja ketika saya beraktivitas di tempat lain. Namun hal itu kembali muncul ketika perjalanan pulang, kebetulan saya pulang berjalan kaki. Jadi daripada saya berpikir yang tidak tidak-tidak, lebih baik saya berpikir tentang pembicaraan tadi. BUKAN KITA YANG GAK RAPI, MUNGKIN SAYA YANG GAK RAPI. Itu kalimat yang selalu terngiang di telinga saya ketika dalam perjalanan pulang. Yang terus menimbulkan resah dan gelisah di hati ini.

Tapi memang kalau dipikir lebih lanjut lagi, hal itu memang benar. Bagaimana tidak? Coba mari kita renungi yang saya tulis dibawah ini hanya salah satu contoh yang paling dekat, Kuliah Dhuha. Kenapa sampai saat ini KD belum pernah mencapai KD Akh Hafidz bahkan lebih baik? Jawabannya mungkin ada pada diri kita sendiri. Sudahkah kita melaksanakan QL setiap malamnya? Seringkah kita shalat fardhu berjamaah? Pernahkah kita secara istimror terus menjaga hijab ikhwan-akhawat? Jika belum, sangat pantas jika Allah belum memberikan kemenangan melalui KD kepada kita. Tidaklah mengherankan jikalau Allah belum menurunkan pertolonganNya dalam setiap detik perjuangan kita, dalam setiap langkah perjuangan kita. Lalu sudahkah saya memimpin saudara-saudara saya yang lain untuk tetap berjuang di jalan ini? Sudahkah saya membuat materi yang menarik? Sudahkah saya berhasil mengatur keuangan dengan profesional? Sudahkah saya menjadi admin yang baik? Maksimalkahkah saya melayani jamaah? Sudahkah meluaskah networking? Sudahkah saya meng-up grade diri saya sendiri dan saudara yang lain? Sudah yang terbaikkah publikasi yang saya buat? Jadi, apa-apa yang saya buat telah ikut membangun KDkah atau malah turut menghancurkan KD? Belum berhasilnya KD ini disebabkan oleh saya sendiri.

Ikhwahfillah, dalam jamaah dakwah ini tentunya ada pembagian amanah. Semuanya menentukan dalam proses menuju kemenangan dakwah di muka bumi (minimal di Indonesia), tidak ada sesuatu yang disepelekan dalam setiap pembagian amanah. Sampai saat ini kita memang terus bercita-cita agar diberikan kemenangan oleh Allah, namun sampai saat ini yang terjadi adalah penurunan kualitas dari para aktivisnya (kata para pendahulu). Bisa jadi target dakwah belum tercapai karena saya gagal melaksanakan amanah yang diberikan. Dakwah ini mundur karena amalan yaumiah saya tidak beda jauh dengan orang ammah atau bahkan lebih rendah dari mereka yang notabene belum tersentuh tarbiyah. Kalau kita yang sudah tertarbiyah saja masih ‘parah’, apalagi mereka yang di luar sana, yang senantiasa menunggu cahaya Islam dari kita, para aktivis. Pernahkah kita berpikir kalau dakwah ini gagal karena memang saya yang kurang tilawahnya, jarang Qlnya, sedikit bersedekah. Karena kelemahan tersebut maka Allah menurunkan azabnya pada jamaah ini. Karena kesalahan saya, jamaah ini belum dimenangkan oleh Allah.

Wallahu a’lam bishoshowab

eRRy [ketika diri ini berpikir tentang kontribusi]

Tidak ada komentar: